The Real Love
Story
Namaku Isman Saleh, biasa disapa
Isman. Aku dikenal sebagai seorang yang sangat pemalu apalagi bicara tentang
rasa suka terhadap wanita.
Kisah cintaku atau tepatnya cinta
semuku dimulai ketika aku duduk di bangku kelas VI Sekolah Dasar. Ketika itu
aku baru mengenal rasa suka yang mendalam kepada wanita. Wanita yang pertama
kali membuatku tertarik saat itu adalah teman sekelasku, sebut saja Dia Mawar. Mawar, itulah nama panggilannya. Ia mempunyai
saudara kembar yang bernama Melati. Walaupun
mereka saudara kembar, namun menurutku mereka sangat berbeda, baik wajah maupun
sifat mereka. Mawar adalah wanita yang lembut tutur katanya dan sangat sopan, ia
juga sedikit lebih cantik bila dibandingkan dengan saudara kembarnya yang
menurutku agak kasar. Rambutnya yang sebahu dan agak bergelombang tak dapat
kulupakan karena setiap hari aku memandaginya dari belakang. Mengapa tidak, di
ruang kelas aku duduk di bangku paling belakang sedangkan dia duduk di bangku depan.
Selain cantik dia juga wanita yang pandai, terbukti dia selalu meraih peringkat
di kelas.
Rasa suka yang kurasakan tak
seorangpun yang tahu selain diriku sendiri, karena aku tak mau ada orang lain
yang tahu termasuk dia. Entah tahu dari mana, teman-teman sekelasku sering kali
mengejekku dengan mengatakan bahwa aku suka padanya, namun aku selalu mengelak
dengan berbagai alasan. Nafasku seakan terhenti bila aku harus mengakui bahwa
aku suka padanya, itulah aku. Rasa sukaku hanya dapat kupendam dalam hati dan
tak ada seorangpun yang tahu. Aku selalu menulis namaku bersama namanya sebagai
ungkapan cintaku.
Semua terasa hilang ketika
pengumuman kelulusan usai, aku melanjutkan sekolah di Madrasah Tsanawiyah
Negeri Pasarwajo, sedangkan dia dan saudara kembarnya melanjutkan pendidikan ke
Kendari, daerah yang sangat jauh dari daerah tempat tinggalku, sehingga sejak
saat itu aku tak melihatnya lagi.
Kisahku belum berakhir, di MTs
aku mengalami kisah yang hampir sama dengan waktu SD. Rasa suka yang hanya
dapat dipendam di dalam hati kepada seorang yang juga teman sekelasku, sebut saja Bunga. Aku mulai merasa suka padanya
ketika menginjak kelas VIII. Tak tahu apa yang membuatku suka padanya, tapi tak
dipungkiri dia memang cantik dan yang spesial, dia pandai melantunkan ayat-ayat
Al-Qur’an. Dia sering mengikuti perlombaan tilawatil Qur’an di berbagai
tingkatan, mulai kecamatan hingga tingkat nasional. Walaupun demikian, dia tak
menonjol di dalam kelas, dengan kata lain tidak terlalu pintar. Berbeda memang
ketika waktu SD yang berlalu begitu cepat, di MTs dua tahun ku rasakan rasa
yang terpendam. Walaupun hanya rasa yang terpendam, aku merasa nyaman dengan
hal itu. Aku lebih bersemangat untuk ke sekolah, karena bila sehari tak melihatnya hariku akan
terasa hambar. Setiap kali aku mendengar suaranya, hatiku merasa bergetar dan nafasku
seakan terhenti di tenggorokan.
Suatu ketika aku menulis namaku
bersama namanya di atas meja dengan menggunakan angka-angka, tapi tak disangka
teman-temanku mengetahuinya dan akupun merasa sangat malu dan nyawaku seakan
tercabut saat itu. Aku sadar dengan diriku yang tak akan mungkin bisa
mendapatkan wanita sespesial dia. Dia adalah wanita yang menjadi rebutan para
lelaki dan sering bergonta ganti pacar, sedangkan aku hanya lelaki biasa.
Itulah yang membuat aku tidak menaruh harapan yang besar untuk bisa
mendapatkannya. Cukuplah aku dapat mencintainya sendiri, tak usahlah ada yang
tahu.
Tak berbeda dengan waktu SD,
akhir cintaku masa MTs berakhir ketika pengumuman kelulusan usai. Aku masih
melanjutkan studiku di daerahku sendiri di SMA Negeri 1 Pasarwajo, sedangkan
dia melanjutkan studinya di salah satu pesantren di Kota Baubau, daerah yang
tidak terlalu jauh dari tempat tinggalku sekitar satu setengah jam perjalanan
darat. Walaupun demikian sejak saat itu aku tak dapat melihatnya lagi dan tak
ada lagi hubungan komunikasi antara kami.
Ketika berada di bangku SMA, aku
merasa akan terjadi kisah yang sama lagi ketika aku masih berada di SD dan MTs,
namun tak tahu dengan siapa. Setahun di bangku SMA, aku belum menemukan wanita
yang benar-benar membuatku tertarik. Namun, semua berubah ketika aku menduduki
bangku kelas XI, hal yang tak kusangka-sangka sebelumnya, wanita yang dulu
pernah merasuki hatiku kini datang kembali. Mawar, wanita yang dulu menggasak
hatiku kini satu sekolah denganku. Bagaikan tanah tandus yang disirami hujan
dan menumbuhkan rumput hijau, begitulah hatiku saat itu. Rasaku yang dulu mulai
pudar kini cerah kembali. Akan tetapi, seperti sebelum-sebelumnya aku belum
bisa mengungkapkan rasaku. Walaupun kini aku sudah SMA, tapi aku belum
mempunyai keberanian untuk mengungkapkan sesuatu yang mengganjal di dalam
hatiku.
Kejadian yang tak dapat
kulupakan, ketika aku berangkat ke sekolah dengan menumpang angkot, tak
kusangka diapun menumpang angkot yang sama denganku. Hanya satu kata yang
terucap sepanjang perjalanan yang hampir sepuluh menit, yaitu “hai”. Aku yang
dibilang cerewet oleh teman-temanku ketika berada di dalam kelas menjadi
membisu seribu bahasa. Mulutku terasa kaku untuk digerakkan dan jantungku
berdetak sangat kencang, aku merasa gugup di sepanjang perjalanan, apalagi dia
duduk tepat di hadapanku. Hanyalah senyuman yang tampak pada wajahku.
Ingin rasanya aku mendekatinya
dan bercakap-cakap dengannya, namun tak sanggup diriku untuk mendekatinya. Aku
pun memutuskan untuk membuat akun facebook, itulah satu-satunya cara yang dapat
kulakukan untuk mendekatinya tanpa harus bertemu dengannya. Benar saja semua
berjalan sesuai keinginanku dan seketika aku menjadi pecandu facebook. Tak
seharipun aku lewatkan tanpa membuka facebook, bahkan tengah malampun aku
terbangun untuk membalas pesan darinya, seakan ada alarm yang membangunkanku.
Akupun mulai akrab dengannya walau hanya lewat media sosial dan
berangsur-angsur aku mulai mengirim pesan melalui media SMS. Diapun merespon
dengan baik.
Hatiku terasa retak ketika
terdengar kabar bahwa dia telah mempunyai kekasih. Hancur rasanya, namun aku
sadar banyak lelaki yang tertarik padanya karena dia adalah wanita yang luar
biasa cantik dan juga pandai. Walaupun demikian, aku tak mau menampakan rasa
camburuku padanya karena dia juga tak tahu kalau aku suka padanya. Seiring
berjalannya waktu, akupun mulai berani menampakkan rasa sukaku padanya dengan
menulis status di akun facebook-ku. Berangsur-angsur teman-temanku mulai
mengetahui bahwa aku suka padanya, sehingga aku sering diejek oleh mereka.
Entah mengapa aku tidak merasa malu bahkan aku merasa senang dengan ejekan
teman-temanku. Aku mulai menjadi-jadi dalam menampakkan rasa sukaku padanya,
hingga suatu ketika aku ditegur oleh kekasihnya untuk tidak menyukainya. Namun,
aku tak menghiraukannya. Akupun mulai memberanikan diri untuk mengungkapkan
perasaanku padanya walau hanya lewat media sosial ataupun layanan pesan
singkat, tapi dia tak memberikan jawaban yang pasti untuk menolakku atau
menerimaku. Sebenarnya aku tidak terlalu berharap dia akan jadi kekasihku, aku
hanya ingin mengetahui apakah dia juga suka padaku atau tidak. Walaupun
demikian, aku tetap bersabar walau tanpa kepastian. Momen yang selalu
kutunggu-tunggu, yaitu saat pulang sekolah, aku selalu berharap bisa satu
angkot dengannya agar aku bisa menatapnya lebih lama dan bisa mengajaknya
bercakap-cakap walau hanya basa basi saja.
Dua tahun berlalu sejak
kepindahannya ke sekolahku, aku sudah mulai merasa ingin mengetahui perasaannya
padaku. Aku tak mau hidupku hanya dipenuhi dengan cinta yang bertepuk sebelah
tangan. Akan tetapi, perasaanku mengatakan bahwa dia tak memiliki perasaan yang
sama seperti apa yang kurasakan padanya. Benar saja, ketika ujian nasional
telah berakhir dan masing-masing orang mulai mendaftarkan diri mereka ke
berbagai universitas, akupun kembali menyatakan perasaanku melalui pesan singkat,
diapun mulai memberi jawaban yang pasti, jawaban yang tak pernah terpikirkan
olehku. Dia memberikan jawaban bahwa sebenarnya dia juga ingin menjadi
kekasihku tapi karena aku nantinya akan melanjutkan studi ke Samarinda,
Kalimantan Timur sedangkan dia akan melanjutkan studi di Kendari, Sulawesi
Tenggara, jadi dia tak ingin menjalin hubungan yang saling berjauhan. Akupun
menanggapinya dengan positif saja. Aku berpikiran bahwa sebenarnya dia ingin
menolakku, tapi karena dia tak ingin menyakiti perasaanku jadi dia menggunakan
alasan seperti itu. Tapi itulah keputusannya, apalah yang bisa kulakukan.
Perjalanan cintaku di SMA pun
berakhir dengan hanya meninggalkan cerita yang indah walaupun tak membuahkan
hasil yang manis. Akupun akhirnya melanjutkan studi di Samarinda. Setelah
mengikuti tes SBMPTN di Samarinda, akupun kembali ke Buton sambil menunggu
pengumuman hasil SBMPTN dan mengurus kelengkapan berkasku di sekolah.
Cerita cintakupun berlanjut. Semua
berawal ketika aku dan teman-temanku (Sadam, Jahidin dan Anwar) mengembalikan
buku perpustakaan yang kami pinjam waktu masih bersekolah dulu. Ketika kami
akan pulang, tiba-tiba terjadi hujan lebat yang membuat kami semua harus
berteduh di rumah salah satu teman kami, Nerdin. Menunggu redahnya hujan kami mengobrol-ngobrol
bersama orang tua dari teman kami, Nerdin serta adik perempuannya, sebut saja Putri. Suasana
sangat ceria saat itu. Aku bercerita dengan adik perempuannya dan kamipun mulai
akrab.
Setelah hari itu, aku mulai
sering mengirim sms padanya, dia merespon smsku dengan baik. Kamipun
saling berbalas sms setiap hari, tidak hanya itu kami juga saling berbalas
pesan lewat facebook. Lama-kelamaan niat jailku pun muncul, aku mulai berani
memanggilnya dengan sebutan sayang. Aku memang sering memanggil teman-teman
wanita sekelasku dengan sebutan sayang, tapi mereka sudah mengetahui bahwa aku
memang suka menggombal. Sama halnya dengannya, dia juga hanya menganggap semua
yang ku katakan padanya hanyalah gombalan saja. Hingga tiba saat aku harus
kembali ke Samarinda karena aku telah diterima di Universitas Mulawarman,
program studi S1 Teknik Pertambangan. Sebelum berangkat aku berpamitan kepada
teman-temanku walau hanya lewat sms saja. Tak kusangka, tiba-tiba dia
menelponku. Kami mengobrol sepanjang perjalanan dari rumah menuju terminal
angkutan. Selama menelpon aku selalu menggodanya dengan gombalan-gombalan yang
selama ini kupelajari. Karena perjalanan dari terminal ke pelabuhan cukup jauh,
aku memintanya untuk menelpon kembali ketika aku tiba di pelabuhan. Diapun
kembali menelponku sesampainya aku di pelabuhan. Kebosananku menunggu
kedatangan kapal bisa terhapuskan olehnya. Hingga saat aku telah berada di atas
kapal, aku mulai menjadi-jadi dalam mengatakan kata-kata cinta padanya dan tak
kusangka ternyata dia memiliki perasaan suka padaku walaupun awalnya dia cukup
kesal dengan rayuan dan gombalanku. Saat itulah tercatat sejarah baru dalam
hidupku di atas kapal KM Bukit Siguntang, aku telah memiliki seorang kekasih.
Hubungan kami berjalan dengan
begitu indahnya. Setiap hari saling mengirim pesan dan tak jarang saling
curhat-curhatan lewat telepon. Saling mengingatkan ketika sahur dan berbuka
puasa karena kebetulan saat itu masih berada dalam momentum bulan Ramadhan. Aku
semakin merasakan rasa cinta yang sangat dalam padanya. Namun, setelah sekitar
tiga bulan berjalan, aku mulai menyadari sesuatu. Aku yang dulunya ketika masih
di bangku SMA sangat mengecam masalah pacaran, kini aku berada di dalamnya. Aku
yang sangat keras mengharamkan pacaran ketika terjadi perdebatan, kini aku
menjadi aktor utamanya. Dari situlah aku mulai berpikir untuk mengakhiri
hubungan kami, walaupun aku sangat mencintainya dan aku tak ingin melukai
hatinya. Namun di sisi lain aku tak ingin menjalin hubungan yang dilarang oleh
agamaku. Akhirnya, akupun memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengannya.
Diapun menanggapinya dengan pikiran positif dan menerima semua keputusanku.
Kisah cintaku dengannya kini berakhir.
Setelah hubungan cintaku
berakhir, aku menjalani hidup seperti biasa, menjadi seorang mahasiswa. Sudah
jarang aku menjalin komunikasi dengan mantan kekasihku. Namun aku lebih sering
menjalin komunikasi dengan salah seorang teman MTsku dulu, sebut saja Salju. Dia
adalah teman yang sebenarnya tidak terlalu dekat denganku, tapi kini dia mendadak
sering menjalin komunikasi denganku. Awalnya aku tidak berpikiran lain, tapi
lama-kelamaan aku sudah mulai curiga dengan sikapnya padaku. Akupun berani
menanyakan tentang perasaannya padaku. Benar saja, ternyata dia mempunyai
perasaan suka padaku. Dia mengaku telah merasakan suka padaku sejak berada di
bangku MTs dulu. Namun karena aku tak ingin menyakiti perasaannya dan aku tak
ingin menjalin hubungan terlarang lagi, akupun mengatakan bahwa aku hanya juga
menyukainya namun hanya sebatas sahabat dan tidak lebih. Setelah itu, kami tak
lagi menjalin komunikasi.
Kini, aku menunggu kisah cinta
yang akan terjadi selanjutnya padaku. To be continue......