Senin, 29 September 2014

The Real Love Story



The Real Love Story

Namaku Isman Saleh, biasa disapa Isman. Aku dikenal sebagai seorang yang sangat pemalu apalagi bicara tentang rasa suka terhadap wanita.
Kisah cintaku atau tepatnya cinta semuku dimulai ketika aku duduk di bangku kelas VI Sekolah Dasar. Ketika itu aku baru mengenal rasa suka yang mendalam kepada wanita. Wanita yang pertama kali membuatku tertarik saat itu adalah teman sekelasku, sebut saja Dia Mawar. Mawar, itulah nama panggilannya. Ia mempunyai saudara kembar yang bernama Melati. Walaupun mereka saudara kembar, namun menurutku mereka sangat berbeda, baik wajah maupun sifat mereka. Mawar adalah wanita yang lembut tutur katanya dan sangat sopan, ia juga sedikit lebih cantik bila dibandingkan dengan saudara kembarnya yang menurutku agak kasar. Rambutnya yang sebahu dan agak bergelombang tak dapat kulupakan karena setiap hari aku memandaginya dari belakang. Mengapa tidak, di ruang kelas aku duduk di bangku paling belakang sedangkan dia duduk di bangku depan. Selain cantik dia juga wanita yang pandai, terbukti dia selalu meraih peringkat di kelas.
Rasa suka yang kurasakan tak seorangpun yang tahu selain diriku sendiri, karena aku tak mau ada orang lain yang tahu termasuk dia. Entah tahu dari mana, teman-teman sekelasku sering kali mengejekku dengan mengatakan bahwa aku suka padanya, namun aku selalu mengelak dengan berbagai alasan. Nafasku seakan terhenti bila aku harus mengakui bahwa aku suka padanya, itulah aku. Rasa sukaku hanya dapat kupendam dalam hati dan tak ada seorangpun yang tahu. Aku selalu menulis namaku bersama namanya sebagai ungkapan cintaku.
Semua terasa hilang ketika pengumuman kelulusan usai, aku melanjutkan sekolah di Madrasah Tsanawiyah Negeri Pasarwajo, sedangkan dia dan saudara kembarnya melanjutkan pendidikan ke Kendari, daerah yang sangat jauh dari daerah tempat tinggalku, sehingga sejak saat itu aku tak melihatnya lagi.
Kisahku belum berakhir, di MTs aku mengalami kisah yang hampir sama dengan waktu SD. Rasa suka yang hanya dapat dipendam di dalam hati kepada seorang yang juga teman sekelasku, sebut saja Bunga. Aku mulai merasa suka padanya ketika menginjak kelas VIII. Tak tahu apa yang membuatku suka padanya, tapi tak dipungkiri dia memang cantik dan yang spesial, dia pandai melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an. Dia sering mengikuti perlombaan tilawatil Qur’an di berbagai tingkatan, mulai kecamatan hingga tingkat nasional. Walaupun demikian, dia tak menonjol di dalam kelas, dengan kata lain tidak terlalu pintar. Berbeda memang ketika waktu SD yang berlalu begitu cepat, di MTs dua tahun ku rasakan rasa yang terpendam. Walaupun hanya rasa yang terpendam, aku merasa nyaman dengan hal itu. Aku lebih bersemangat untuk ke sekolah,  karena bila sehari tak melihatnya hariku akan terasa hambar. Setiap kali aku mendengar suaranya, hatiku merasa bergetar dan nafasku seakan terhenti di tenggorokan.
Suatu ketika aku menulis namaku bersama namanya di atas meja dengan menggunakan angka-angka, tapi tak disangka teman-temanku mengetahuinya dan akupun merasa sangat malu dan nyawaku seakan tercabut saat itu. Aku sadar dengan diriku yang tak akan mungkin bisa mendapatkan wanita sespesial dia. Dia adalah wanita yang menjadi rebutan para lelaki dan sering bergonta ganti pacar, sedangkan aku hanya lelaki biasa. Itulah yang membuat aku tidak menaruh harapan yang besar untuk bisa mendapatkannya. Cukuplah aku dapat mencintainya sendiri, tak usahlah ada yang tahu.
Tak berbeda dengan waktu SD, akhir cintaku masa MTs berakhir ketika pengumuman kelulusan usai. Aku masih melanjutkan studiku di daerahku sendiri di SMA Negeri 1 Pasarwajo, sedangkan dia melanjutkan studinya di salah satu pesantren di Kota Baubau, daerah yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggalku sekitar satu setengah jam perjalanan darat. Walaupun demikian sejak saat itu aku tak dapat melihatnya lagi dan tak ada lagi hubungan komunikasi antara kami.
Ketika berada di bangku SMA, aku merasa akan terjadi kisah yang sama lagi ketika aku masih berada di SD dan MTs, namun tak tahu dengan siapa. Setahun di bangku SMA, aku belum menemukan wanita yang benar-benar membuatku tertarik. Namun, semua berubah ketika aku menduduki bangku kelas XI, hal yang tak kusangka-sangka sebelumnya, wanita yang dulu pernah merasuki hatiku kini datang kembali. Mawar, wanita yang dulu menggasak hatiku kini satu sekolah denganku. Bagaikan tanah tandus yang disirami hujan dan menumbuhkan rumput hijau, begitulah hatiku saat itu. Rasaku yang dulu mulai pudar kini cerah kembali. Akan tetapi, seperti sebelum-sebelumnya aku belum bisa mengungkapkan rasaku. Walaupun kini aku sudah SMA, tapi aku belum mempunyai keberanian untuk mengungkapkan sesuatu yang mengganjal di dalam hatiku.
Kejadian yang tak dapat kulupakan, ketika aku berangkat ke sekolah dengan menumpang angkot, tak kusangka diapun menumpang angkot yang sama denganku. Hanya satu kata yang terucap sepanjang perjalanan yang hampir sepuluh menit, yaitu “hai”. Aku yang dibilang cerewet oleh teman-temanku ketika berada di dalam kelas menjadi membisu seribu bahasa. Mulutku terasa kaku untuk digerakkan dan jantungku berdetak sangat kencang, aku merasa gugup di sepanjang perjalanan, apalagi dia duduk tepat di hadapanku. Hanyalah senyuman yang tampak pada wajahku.
Ingin rasanya aku mendekatinya dan bercakap-cakap dengannya, namun tak sanggup diriku untuk mendekatinya. Aku pun memutuskan untuk membuat akun facebook, itulah satu-satunya cara yang dapat kulakukan untuk mendekatinya tanpa harus bertemu dengannya. Benar saja semua berjalan sesuai keinginanku dan seketika aku menjadi pecandu facebook. Tak seharipun aku lewatkan tanpa membuka facebook, bahkan tengah malampun aku terbangun untuk membalas pesan darinya, seakan ada alarm yang membangunkanku. Akupun mulai akrab dengannya walau hanya lewat media sosial dan berangsur-angsur aku mulai mengirim pesan melalui media SMS. Diapun merespon dengan baik.
Hatiku terasa retak ketika terdengar kabar bahwa dia telah mempunyai kekasih. Hancur rasanya, namun aku sadar banyak lelaki yang tertarik padanya karena dia adalah wanita yang luar biasa cantik dan juga pandai. Walaupun demikian, aku tak mau menampakan rasa camburuku padanya karena dia juga tak tahu kalau aku suka padanya. Seiring berjalannya waktu, akupun mulai berani menampakkan rasa sukaku padanya dengan menulis status di akun facebook-ku. Berangsur-angsur teman-temanku mulai mengetahui bahwa aku suka padanya, sehingga aku sering diejek oleh mereka. Entah mengapa aku tidak merasa malu bahkan aku merasa senang dengan ejekan teman-temanku. Aku mulai menjadi-jadi dalam menampakkan rasa sukaku padanya, hingga suatu ketika aku ditegur oleh kekasihnya untuk tidak menyukainya. Namun, aku tak menghiraukannya. Akupun mulai memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaanku padanya walau hanya lewat media sosial ataupun layanan pesan singkat, tapi dia tak memberikan jawaban yang pasti untuk menolakku atau menerimaku. Sebenarnya aku tidak terlalu berharap dia akan jadi kekasihku, aku hanya ingin mengetahui apakah dia juga suka padaku atau tidak. Walaupun demikian, aku tetap bersabar walau tanpa kepastian. Momen yang selalu kutunggu-tunggu, yaitu saat pulang sekolah, aku selalu berharap bisa satu angkot dengannya agar aku bisa menatapnya lebih lama dan bisa mengajaknya bercakap-cakap walau hanya basa basi saja.
Dua tahun berlalu sejak kepindahannya ke sekolahku, aku sudah mulai merasa ingin mengetahui perasaannya padaku. Aku tak mau hidupku hanya dipenuhi dengan cinta yang bertepuk sebelah tangan. Akan tetapi, perasaanku mengatakan bahwa dia tak memiliki perasaan yang sama seperti apa yang kurasakan padanya. Benar saja, ketika ujian nasional telah berakhir dan masing-masing orang mulai mendaftarkan diri mereka ke berbagai universitas, akupun kembali menyatakan perasaanku melalui pesan singkat, diapun mulai memberi jawaban yang pasti, jawaban yang tak pernah terpikirkan olehku. Dia memberikan jawaban bahwa sebenarnya dia juga ingin menjadi kekasihku tapi karena aku nantinya akan melanjutkan studi ke Samarinda, Kalimantan Timur sedangkan dia akan melanjutkan studi di Kendari, Sulawesi Tenggara, jadi dia tak ingin menjalin hubungan yang saling berjauhan. Akupun menanggapinya dengan positif saja. Aku berpikiran bahwa sebenarnya dia ingin menolakku, tapi karena dia tak ingin menyakiti perasaanku jadi dia menggunakan alasan seperti itu. Tapi itulah keputusannya, apalah yang bisa kulakukan.
Perjalanan cintaku di SMA pun berakhir dengan hanya meninggalkan cerita yang indah walaupun tak membuahkan hasil yang manis. Akupun akhirnya melanjutkan studi di Samarinda. Setelah mengikuti tes SBMPTN di Samarinda, akupun kembali ke Buton sambil menunggu pengumuman hasil SBMPTN dan mengurus kelengkapan berkasku di sekolah.
Cerita cintakupun berlanjut. Semua berawal ketika aku dan teman-temanku (Sadam, Jahidin dan Anwar) mengembalikan buku perpustakaan yang kami pinjam waktu masih bersekolah dulu. Ketika kami akan pulang, tiba-tiba terjadi hujan lebat yang membuat kami semua harus berteduh di rumah salah satu teman kami, Nerdin. Menunggu redahnya hujan kami mengobrol-ngobrol bersama orang tua dari teman kami, Nerdin serta adik perempuannya, sebut saja Putri. Suasana sangat ceria saat itu. Aku bercerita dengan adik perempuannya dan kamipun mulai akrab.
Setelah hari itu, aku mulai sering mengirim sms padanya, dia merespon smsku dengan baik. Kamipun saling berbalas sms setiap hari, tidak hanya itu kami juga saling berbalas pesan lewat facebook. Lama-kelamaan niat jailku pun muncul, aku mulai berani memanggilnya dengan sebutan sayang. Aku memang sering memanggil teman-teman wanita sekelasku dengan sebutan sayang, tapi mereka sudah mengetahui bahwa aku memang suka menggombal. Sama halnya dengannya, dia juga hanya menganggap semua yang ku katakan padanya hanyalah gombalan saja. Hingga tiba saat aku harus kembali ke Samarinda karena aku telah diterima di Universitas Mulawarman, program studi S1 Teknik Pertambangan. Sebelum berangkat aku berpamitan kepada teman-temanku walau hanya lewat sms saja. Tak kusangka, tiba-tiba dia menelponku. Kami mengobrol sepanjang perjalanan dari rumah menuju terminal angkutan. Selama menelpon aku selalu menggodanya dengan gombalan-gombalan yang selama ini kupelajari. Karena perjalanan dari terminal ke pelabuhan cukup jauh, aku memintanya untuk menelpon kembali ketika aku tiba di pelabuhan. Diapun kembali menelponku sesampainya aku di pelabuhan. Kebosananku menunggu kedatangan kapal bisa terhapuskan olehnya. Hingga saat aku telah berada di atas kapal, aku mulai menjadi-jadi dalam mengatakan kata-kata cinta padanya dan tak kusangka ternyata dia memiliki perasaan suka padaku walaupun awalnya dia cukup kesal dengan rayuan dan gombalanku. Saat itulah tercatat sejarah baru dalam hidupku di atas kapal KM Bukit Siguntang, aku telah memiliki seorang kekasih.
Hubungan kami berjalan dengan begitu indahnya. Setiap hari saling mengirim pesan dan tak jarang saling curhat-curhatan lewat telepon. Saling mengingatkan ketika sahur dan berbuka puasa karena kebetulan saat itu masih berada dalam momentum bulan Ramadhan. Aku semakin merasakan rasa cinta yang sangat dalam padanya. Namun, setelah sekitar tiga bulan berjalan, aku mulai menyadari sesuatu. Aku yang dulunya ketika masih di bangku SMA sangat mengecam masalah pacaran, kini aku berada di dalamnya. Aku yang sangat keras mengharamkan pacaran ketika terjadi perdebatan, kini aku menjadi aktor utamanya. Dari situlah aku mulai berpikir untuk mengakhiri hubungan kami, walaupun aku sangat mencintainya dan aku tak ingin melukai hatinya. Namun di sisi lain aku tak ingin menjalin hubungan yang dilarang oleh agamaku. Akhirnya, akupun memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengannya. Diapun menanggapinya dengan pikiran positif dan menerima semua keputusanku. Kisah cintaku dengannya kini berakhir.
Setelah hubungan cintaku berakhir, aku menjalani hidup seperti biasa, menjadi seorang mahasiswa. Sudah jarang aku menjalin komunikasi dengan mantan kekasihku. Namun aku lebih sering menjalin komunikasi dengan salah seorang teman MTsku dulu, sebut saja Salju. Dia adalah teman yang sebenarnya tidak terlalu dekat denganku, tapi kini dia mendadak sering menjalin komunikasi denganku. Awalnya aku tidak berpikiran lain, tapi lama-kelamaan aku sudah mulai curiga dengan sikapnya padaku. Akupun berani menanyakan tentang perasaannya padaku. Benar saja, ternyata dia mempunyai perasaan suka padaku. Dia mengaku telah merasakan suka padaku sejak berada di bangku MTs dulu. Namun karena aku tak ingin menyakiti perasaannya dan aku tak ingin menjalin hubungan terlarang lagi, akupun mengatakan bahwa aku hanya juga menyukainya namun hanya sebatas sahabat dan tidak lebih. Setelah itu, kami tak lagi menjalin komunikasi.
Kini, aku menunggu kisah cinta yang akan terjadi selanjutnya padaku. To be continue......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar